Langsung ke konten utama

Subneting ip versi 4

“SUBNETTING IP Versi 4”


Oleh:
Aila Moleknian Ayu 97847
Ahmad Husnil Fikri 97866
Kurnia Jesinawila Sari 97876
Novia Sri Astini 97855
Sri Yanda Putri 97840


Alamat IP versi 4 (sering disebut dengan Alamat IPv4) adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer di seluruh dunia, jumlah host tersebut didapatkan dari 256 (didapatkan dari 8 bit) dipangkat 4(karena terdapat 4 oktet) sehingga nilai maksimal dari alamt IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana nilai dihitung dari nol sehingga nilai nilai host yang dapat ditampung adalah 256x256x256x256=4.294.967.296 host. sehingga bila host yang ada diseluruh dunia melebihi kuota tersebut maka dibuatlah IP versi 6 atau IPv6.

A.REPRESENTASI ALAMAT IP VERSI 4
Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai).

Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:
• Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada. Dalam banyak kasus, sebuah alamat network identifier adalah sama dengan segmen jaringan fisik dengan batasan yang dibuat dan didefinisikan oleh router IP. Meskipun demikian, ada beberapa kasus di mana beberapa jaringan logis terdapat di dalam sebuah segmen jaringan fisik yang sama dengan menggunakan sebuah praktek yang disebut sebagai multinetting. Semua sistem di dalam sebuah jaringan fisik yang sama harus memiliki alamat network identifier yang sama. Network identifier juga harus bersifat unik dalam sebuah internetwork. Jika semua node di dalam jaringan logis yang sama tidak dikonfigurasikan dengan menggunakan network identifier yang sama, maka terjadilah masalah yang disebut dengan routing error. Alamat network identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255.

• Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat berupa workstation, server atau sistem lainnya yang berbasis teknologi TCP/IP) di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier/segmen jaringan di mana ia berada.

B. JENIS-JENIS ALAMAT
Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut :
• Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah Internetwork IP. Alamat unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.

• Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.

• Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many.

C. KELAS-KELAS ALAMAT
Alamat IP versi 4 dibagi ke dalam beberapa kelas, dilihat dari oktet pertamanya, seperti terlihat pada tabel. Sebenarnya yang menjadi pembeda kelas IP versi 4 adalah pola biner yang terdapat dalam oktet pertama (utamanya adalah bit-bit awal/high-order bit), tapi untuk lebih mudah mengingatnya, akan lebih cepat diingat dengan menggunakan representasi desimal.

KELAS ALAMAT IP OKTET PERTAMA
(DESIMAL)
OKTET PERTAMA
(BINER)
DIGUNAKAN OLEH
Kelas A 1–126 0xxxxxxx Alamat unicast untuk jaringan skala besar
Kelas B 128–191 10xxxxxx Alamat unicast untuk jaringan skala menengah hingga skala besar
Kelas C 192–223 110xxxxx Alamat unicast untuk jaringan skala kecil
Kelas D 224–239 1110xxxx Alamat multicast (bukan alamat unicast)
Kelas E 240–255 1111xxxx Direservasikan;umumnya digunakan sebagai alamat percobaan (eksperimen); (bukan alamat unicast)

D. REPRESENTASI SUBNET MASK
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di jaringan lokal atau jaringan luar.


Penggunaan sebuah subnet sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:
• Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
• Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.

Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:
• Notasi Desimal Bertitik
• Notasi Panjang Prefiks Jaringan

a. Desimal Bertitik
Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation), seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik. Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.

Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:



Kelas Alamat Subnet mask (biner) Subnet Mask (desimal)
Kelas A 11111111.00000000.00000000.00000000 255.0.0.0
Kelas B 11111111.11111111.00000000.00000000 255.255.0.0
Kelas C 11111111.11111111.11111111.00000000 255.255.255.0


Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut :
138.96.58.0, 255.255.255.0

b. Representasi panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask
Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) Formatnya adalah sebagai berikut:


Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula. Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama. Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.

c. Menentukan Alamat Network Identifier
Untuk menentukan network identifier dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1 akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.
Cara ini akan melakukan sebuah operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan 32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah yang disebut dengan network identifier.

Contoh:
Alamat IP 10000011 01101011 10100100 00011010 (131.107.164.026)
Subnet Mask 11111111 11111111 11110000 00000000 (255.255.240.000)
------------------------------------------------------------- AND
Network ID 10000011 01101011 10100000 00000000 (131.107.160.000)

E. SUBNETTING
Subnetting adalah pembagian suatu kelompok alamat IP menjadi beberapa network ID lain dengan jumlah anggota jaringan yang lebih kecil, yang disebut subnet (subnetwork). Tujuannya subnetting yaitu :
• Untuk mempercepat pengiriman data.
• Memudahkan pengaturan / management alamat.
• Membagi satu kelas netwok atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi Suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
• Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
• Untuk mengatasi masalah perbedaaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
• Penggunaan IP Address yang lebih efisien.

F. TABEL SUBNETTING
a. Subnetting Alamat IP Kelas A
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas A.

b. Subnetting Alamat IP kelas B
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas B.

c. Subnetting Alamat IP kelas C
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.

G. PERHITUNGAN SUBNETTING
Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24. Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0 dimana /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0).

Tabel berikut memperlihatkan Subnet Mask biasa digunakan dalam Subnetting.
Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19

Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30

CONTOH :
Pertanyaan :
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?

•Cara Perhitungan dengan teknik khusus yang lebih cepat
Analisa :
192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Perhitungan :

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi pertanyaan diatas dapat diselesaikan dengan urutan seperti itu :

1.Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet

2.Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host

3.Blok Network = 255 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 63.
Subnet berikutnya adalah 64, kemudian 64 + 63 = 127 , dan seterusnya. Atau dengan kata lain blok network lengkapnya adalah kelipatam 64 yaitu 0, 64, 128, 192.

4.Host dan broadcast yang valid terlihat ditabel berikut dimana host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.

Network 192.168.1.0 192.168.1.64 192.168.1.128 192.168.1.192
Host Pertama 192.168.1.1 192.168.1.65 192.168.1.129 192.168.1.193
Host Terakhir 192.168.1.62 192.168.1.126 192.168.1.190 192.168.1.254
Broadcast 192.168.1.63 192.168.1.127 192.168.1.191 192.168.1.255

•Cara Perhitungan dengan teknik binari.
Pertanyaan :
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?

a.Subnet Mask
Subnet Mask dapat dilihat dari prefix /26, sehingga IP Address ini memiliki Subnet Mask : 11111111.11111111.11111111.11000000 atau
255.255.255.192

b.Network Address
Biner dari IP Address : 11000000.10101000.00000001.00000000
Net Mask : 11111111.11111111.11111111.11000000
11000000.10101000.00000001.00000000
Network Address
Network Address = 192.168.1.0

c.Broadcast Address
Broadcast Address = Bit network address dan sisanya diubah menjadi bit 1.
Seperti berikut ini = 11000000.10101000.00000001.00111111
= 192.168.1.63

Bit network yang seharusnya 24 bit, namun IP address ini memiliki bit network berlebih yaitu = 26 bit sehingga ada 2 bit yang melebihi batas bit di kelas C, jadi : Jumlah supernet = 2n = 22 = 4

Sehingga didapat rincian Subnet :

I. 192.168.1.0 – 192.168.1.63
Dengan alamat host 192.168.1.1 – 192.168.1.62
II. 192.168.1.64 – 192.168.1.127
Dengan alamat host 192.168.1.65 – 192.168.1.126

III. 192.168.1.128 – 192.168.1.191
Dengan alamat host 192.168.1.129 – 192.168.1.190
IV. 192.168.1.192 – 192.168.1.255
Dengan alamat host 192.168.1.193 – 192.168.1.254

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Layer 3 Switching

Layer 3 Switching memungkinkan komunikasi antar VLAN atau antar segmen jaringan dengan kecepatan tinggi mendekati kecepatan komunikasi kabel Ethernet pada umumnya. Komunikasi antar jaringan pada layer 3 biasa menggunakan piranti Router yang umum digunakan untuk komunikasi antar site lewat WAN Cloud. Salah satu piranti Layer 3 Switching adalah GSM7324 NETGEAR layer 3 Switch. Layer 3 Switching sangat berguna untuk mengurangi latensi dan meningkatkan kinerja komunikasi antar segmen di suatu jaringan berskala business sedang sampai jaringan corporasi yang complex. GSM7324 NETGEAR layer 3 Switch Kita bisa meningkatkan kinerja LAN dengan menggunakan backbone links kecepatan tinggi Gigabit dan juga menggunakan Switch LAN dengan performa tinggi. Untuk jaringan multi-segmen pemakaian Layer 3 Switching akan sangat meningkatkan kinerja komunikasi antar segmen dengan latensi minimal. Semua links seharusnya dimaksimalkan untuk throughput dan semua masalah bottleneck harus diselesaikan. Technolo

OSI 7 LAyer

Suatu organisasi standard ISO pada tahun 1977 membentuk suatu komite untuk mengembangkan suatu arsitektur jaringan. Hasil dari komite tersebut adalah Model referensi OSI (Open system Interconnection. Referensi OSI adalah System Network Architecture (SNA) atau dalam bahasa indonesianya Arsitektur Sistem Jaringan yang menjelaskan 7 jaringan OSI . OSI Model: Gambaran Tiap Layer Setiap lapisan memiliki tugas yang berbeda satu sama lain. Berikut masingmasing tugas dari tiap lapisan : a. Layer 1 - Physical Layer (lapisan) ini berhubungan dengan kabel dan media fisik lainnya yang menghubungkan satu peralatan jaringan komputer dengan peralatan jaringan komputer lainnya. Lapisan physical mengatur pengiriman data berupa bit lewat kabel. Lapisan ini berkaitan langsung dengan perangkat keras seperti kabel, dan kartu jaringan (LAN CARD). Lapisan ini juga berhubungan dengan sinyal-sinyal listrik, sinar maupun gelombang radio yang digunakan untuk mengirimkan data. Pada lapisan ini juga dijelas

Manageable Switch

1. Performance & Kemampuan Performance AT-8024 : Menggunakan LSI chipset dengan kecepatan 125Mhz CPU Memiliki Backplane / Switch Fabric 9.6 Gbps yang jauh lebih besar daripada Unmananaged Switch yang hanya memiliki backplane 4 Gbps Memiliki Transfer rate 6.5 Mpps yang jauh lebih besar daripada Unmanaged Switch yang hanya memiliki transfer rate 2.8 Mpps Memiliki Buffer Memory 6 MB yang 2 kali lebih besar daripada Unmamanged Switch yang hanya memiliki buffer memory 3 MB >> Membuat proses re-transmit paket data semakin sedikit karena kapasitas buffer memory yg bisa menampung paket menjadi lebih banyak sehingga lalu lintas komunikasi data semakin lancer. Akibatnya switch semakin cepat dalam melakukan processing paket data Kemampuan AT-8024 : Bisa membuat Virtual LAN (VLAN) >> Suatu kemampuan dimana AT-8024 bisa melakukan pembagian / segmentasi network menjadi beberapa buah network yang lebih kecil dalam satu fisik switch biasa nya untuk tujuan keamanan data B